Jurnal 2

Gila, ga ada kerjaan tapi tulisan ga beres-beres, tugas ga kelar-kelar.

Kemarin malam saya baca Hujan Bulan Juni nya Pak Sapardi Djoko Damono sampai larut dan ketiduran. Habisnya asik sih. Diksi nya sederhana, isi nya pun gampang divisualisasikan di otak pembaca. Puisi-puisinya begitu hidup, dengan kata lain, mengajak pembaca berpetualang seru dalam ruang penafsiran di otak mereka. Tapi ada beberapa puisi yang, bagi saya, sukar dimengerti, walau bisa diimajinasikan dalam kepala. Misalnya puisi yang berjudul "Tengah Hari".

Puisinya bagus-bagus pokoknya (kalau ga bagus ga akan saya beli dong, atau mungkin ga akan pernah dibukukan sebelumnya -_-) cerminan dari kreatifnya imajinasi Pak Sapardi pun kontemplasi beliau yang begitu luas dan mendalam. Salah satu contoh pujangga paling berpengaruh di Indonesia.

Disini saya ingin membagikan dua puisi Pak Sapardi dari buku nya Hujan Bulan Juni

TANGAN WAKTU

selalu terulur ia lewat jendela
yang panjang dan menakutkan
selagi engkau bekerja, atau mimpi pun
tanpa berkata suatu apa

bila saja kau tanya: mau apa
berarti terlalu jauh kau sudah terbawa
sebelum sungguh menjadi sadar
bahwa sudah terlanjur terlantar

belum pernah ia minta izin
memutar jarum-jarum jam tua
yang segera tergesa-gesa saja berdetak
tanpa menoleh walau kau seru

selalu terulur ia lewat jendela
yang makin keras dalam pengalaman
mengarah padamu tambah tak tahu
memegang leher bajumu

(Damono, 1959)

AKU INGIN

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(Damono, 1989)

Oiya, buku kumpulan puisi "Hujan Bulan Juni" nya Pak Sapardi Djoko Damono bisa didapat di toko buku Gramedia dengan harga Rp. 68.000

0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar