Puisi Kukila

Biar ku ceritakan pada kalian tentang sebuah kisah cinta
Kisah cinta yg sangat biasa, tentang dua orang yg biasa saja
Dalam pertemuan biasa ,dengan cara yg  biasa , dan di kehidupannya yang teramat biasa. . .
Bukan tak sudi ku buat nya jadi istimewa, hanya saja aku muak pada fiksi dengan begitu cantiknya setiap putri diceritakan dalam sebuah stanza, atau penggambaran para dewa yg membuat dunia seolah tampak seperti bola kecil yang dilempar tuan pada anjingnya.
kalian berdecak kagum, ada sebagian yg merana dan lainnya larut seperti cairan basa yg disirami api, hilang begitu saja, tak terasa panasnya, tak berguna
“camkan sayang, tiada hal yang lebih baik dalam kehidupan manapun selain cinta, bahkan mungkin ketika kau mati, dalam bayangku, surga adalah tempat dimana cinta tak pernah pudar, setiap jiwa yg ada disana dibekali dengan organ tubuh bernama cinta, seperti jantung pada hidup.
Tak ada rasa lainnya, kita tak perlu menerka nerka apa yg orang lain pikirkan tentang kita, karena itu penyakit yg paling berbahaya, bukan kah begitu ?
Dalam hidup kau terlahir, jika dilahirkan oleh orang kaya raya, bonusnya ya rasa hormat dan manut mereka, beranjak dewasa kau bisa pakai uang bapa mu, hidupmu disini bisa lebih mudah, tapi itu nerakanya, kau akan teramat sangat peduli pandangan mereka terhadapmu, kau akan dibebani tentang pendidikanmu, baju yg kau pakai, pekerjaan, teman bahkan cintamu
Jika ibumu orang melarat, hidupmu akan sangat bebas, kau bisa mulai dari manapun, kau bisa sekolah jika itu maumu, mencintai siapapun, apapun tapi hanya dalam anganmu, karena bila tak jadi orang jahat mungkin butuh waktu buatmu untuk menggenggamnya ditambah bonus pandangan mereka yg memperlakukanmu seperti sampah atau bahkan lebih buruk”
Sepenggal cucuran hasil riuh debatnya dengan dunia
Kami bertemu saat itu, siang itu
Matahari teramat sangat panas samapai melunglaikanku roboh terduduk, mengeringkanku sampai ke titik inspirasi, ah hidup terasa hambar, air tak menghilangkan dahaga, gula tak berasa, benar benar kosong yg berbentuk.
Dia, berjalan menuruni tangga tepat didepanku, ada nada kecil yg dihembuskan angin saat langkahnya terhenti, seperti mencoba membisikan kesejukan, tapi apa ? mengapa ?
Tak pernah bisa kuhapus ingatan itu, walau sepertinya kubenturkan kepalaku, atau kupenggal leherku, ingatan nya ter ektrasi jadi sebuah pil, yang sangat manis terasa dan bila ku emut makin menjadi rasa manisnya, tak pernah habis, tak pernah membosankan
Tatapan yg berkata sapaan, lekuk wajah se menarik permen loli yg dilihat anak kecil kala diajak ibunya ke pasar, simpul bibir sesegar mandi di danau jernih setelah lama berjibaku dengan hutan dan baju basah dengan keringat.
Semua teramat jelas, pandanganku yg kian kabur jadi berwarna, senikmat mengisap sabu berkualitas yg kau temukan dipinggir jalan.
Gerak kian pasti, tubuh bagai botol air dingin yang tersimpan rapat dalam etalase lemari es berkaca, dengan tetesan tetesan air disekelilingnya, penuh, menyegarkan.
“Aku KUKILA
Burung yg bertengger diatas pohon tertinggi” tukasnya

Aku terdiam menahan denyut dan gagap, ingin rasanya meledak.

ditulis oleh Fajar Taufiq Nugraha

0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar